Nugroho's blog.: diary
Showing posts with label diary. Show all posts
Showing posts with label diary. Show all posts

Tuesday, April 16, 2019

Kenapa Masih Memakai Kindle?

Bukankah sudah ada tablet? Bahkan smartphone pun banya yang layarnya lebar. Iya sih, tetapi tablet dan smartphone saat ini tidak ada yang batere-nya bertahan selama seminggu. Batere Kindle bertahan sampai dua atau tiga bulan.

Tapi kita kan gak bisa chatting di Kindle? Well, menurut saya malah bagus karena tidak ada distraksi saat membaca.


Wednesday, April 3, 2019

Kenapa Masih Memakai Camcorder di 2109?

Saya masih menggunakan camcorder atau handycam di beberapa kesempatan. Saya menggunakan Panasonic HC-W585. Kenapa? Bukannya sudah punya iPhone SE yang resolusinya sangat bagus?

Bagaimana dengan Canon EOS M6, kamera mirrorless yang super keren itu? Atau GoPro? Kenapa masih membutuhkan kamera lain?

Salah satu keunggulan yang saya andalkan dari camcorder ini adalah kapasitas baterai yang memungkinkan untuk merekam 2 hingga 3 jam nonstop tanpa perlu terhubung dengan stop kontak listrik melalui charger.

Sunday, March 24, 2019

Musim Gitar Fals.

Di minggu-minggu ini, saya setiap hari harus menyetem gitar dulu sebelum memainkannya. Tidak peduli sekarang sudah saya stem dengan akurat, besok pasti semua nada di setiap senar pasti naik sedikit.

Hal ini tidak terjadi di bulan-bulan sebelumnya. Kok bisa?

Ohya, dan tidak stem-nya secara umum karena nadanya naik. Kok aneh? Biasanya senar yang tidak stem kan nadanya turun.

Analisa amatir saya (bukan ahlinya ahli, intinya inti, dan core of the core seperti Pak nDul, :) ), hal ini terjadi karena perubahan musim menuju ke kemarau.

Apa hubungannya?

Well, di Indonesia, khususnya Malang, tempat saya sekarang, musim kemarau yang secara "resmi" berada di bulan April hingga Oktober merupakan musim dingin.



Loh, kemarau kok dingin. Iya, karena saat itu matahari berada di belahan bumi utara; Malang berada di belahan bumi selatan.

Lantas, apa hubungannya dengan gitar yang tidak stem? Gitar terdiri dari kayu dan senar. Kemungkinan (hanya kemungkinan), terjadi penyusutan karena suhu lingkungan menjadi lebih dingin.

Friday, March 22, 2019

Lensa 7Artisans 7.5mm f/2.8 untuk Canon EOS M6.

Loh bukannya sudah punya 22mm f/2.0 yang keren itu?

Iya sih. Tapi rasanya masih kurang di hal-hal tertentu. Hal-hal seperti apa?

Well, kita tahu lensa 22mm itu di APS-C agak nanggung, walau bagi saya baik-baik saja untuk keperluan sehari-hari.


Memangnya nanggung seperti apa? Nah. Jika kita ingin memotret obyek agak jauh, maka akan terlihat kecil. Tentu saja karena memang 22mm, dibanding dengan 50mm, si nifty fifty, maka 22mm ini akan kalah. 

Saturday, March 16, 2019

Bidadari Kesleo.

Saya suka lagu ini, sampai membuat cover tentang lagu ini beberapa kali. Yang terakhir  berformat full band jazz/swing instrumental.

Tentu saja saya sendiri yang memainkan semua alat itu. Selain karena tidak punya teman juga..., eh, apa ya? Pokoknya saya yang memainkan semua alat musiknya, :D

Pernah juga membuat cover lagu ini menggunakan Ditto Looper (video yang bawah). Instrumental juga.

Kenapa kok tidak nyanyi? Karena lirik lagu ini bikin otak saya geli.

Friday, March 15, 2019

Recover The SD Memory Card Data

My SD Card is toasted.

It happened when I recorded my music video cover, a song called "Kolam Susu" by Koes Plus, but I used Musikimia arrangement.

I used to record my music performance on Logic Pro and the video on my Canon EOS M6.

I'm a multi-instrumentalist, I played music instruments all by myself.  So my workflow is like:
  1. Record the drum.
  2. Record the bass.
  3. The rhythm guitar.
  4. Guitar Solo.
  5. Bass Solo, I improvised this part. 
  6. Vocal.
In the middle of taking vocal part, suddenly the camera LCD went dark. I continue my vocal take because I always could lip-sync it later.

After my vocal take is finished, I grab the camera and, it shutdown by itself, uh oh...

I turned it on but it displayed a warning, something like "memory error", oh my...

I thought about my drum video record. It's always hard to "lip-sync" drum part; I have to rescue the SD Card data. And the journey's began...

Tuesday, April 18, 2017

Sukati dan Penyukilan.


Akhirnya saya tahu yang ini. Lagi-lagi @PitoyoAmrih menambal lubang di kamus wayang saya. :) 

Kali ini tentang nama alias.

Saya sudah cukup akrab dengan nama alternatif di dunia wayang. Bahkan dengan beberapa gagrak yang berbeda.

Permadi, Pinten, Tangsen, Yayi Suni, kakang Suman, Bawor, Jaka Pitana, Suyudana, Jaladara, Kakrasana,...

Monday, April 17, 2017

Tak Terduga dan Menyenangkan.



Masih mbulet di buku @PitoyoAmrih, dengan gaya cerita beliau yang seperti orang ngobrol santai diantara teman.

Awalnya, saat memegang buku "Pertempuran Dua Pemanah. Arjuna-Karna" untuk pertama kali, saya sudah penuh dengan antisipasi bahwa ini bukan hanya tentang pertempuran dua orang itu.

Seperti di "Wisanggeni Membakar Api" atau "Antareja dan Antasena", saya menduga bahwa Pitoyo Amrih pasti akan menceritakan masa kecil Karna dan Permadi, yang memang dilakukan oleh beliau.

Namun ada tokoh "utama" lagi yang menyedot fokus saya yang disuguhkan beliau, ada pemanah lain. Adalah Ekalaya, Raden Bambang Ekalaya, raja Paranggelung, yang ternyata juga pemanah hebat. Yang sebelumnya hanya saya kenal sepintas lalu sebagai raja bergelar Prabu Palgunadi. Itupun, di otak saya, selalu tak lepas dari nama lain yang harus selalu hadir di imajinasi saya, meskipun saya tak tahu ada apa dengan dua nama tersebut. Nama itu adalah Palguna-Palgunadi.

Hal lain yang saya perhatikan adalah gaya bercerita Pitoyo Amrih di novel ini. Tadi sudah saya sebut bahwa beliau bercerita seperti ngobrol santai diantara teman. Ngobrol santai, tak ada jadwal, tak ada target, tapi tetap bikin nyaman. Bukankah itu tujuan santai diantara sahabat?

Ngobrol santai bagaimana? Yeah, saat kita ngobrol, saat kita sedang bicara tentang suatu topik, adakalanya topik itu merembet ke topik yang lain, yang juga merembet ke topik yang lainnya lagi, dan lainnya lagi, yang kemudian dengan santainya, mungkin sambil menyeruput kopi hangat yang tinggal separuh, kembali ke topik awal dengan mulus tanpa terkesan dipaksakan.

Hal itu terjadi di buku ini, betapa cerita masa kecil Karna tiba-tiba bergeser ke sayembara Kunti, geger Kangsadewa, dan kembali ke Karna lagi.

Saat ngobrol, kadangkala urutan kronologis juga sering tak beraturan. Kita bicara tentang kejadian hari ini yang merupakan akibat dari kejadian dua minggu yang lalu, yang direncanakan seminggu sebelum itu, berakibat dua minggu kemudian, dan akan kita lihat apakah besok ada akibat dari kejadian yang sekarang.

Hal yang sama saya kenali di buku ini saat tiba di bagian Ekalaya, berawal dari Ekalaya yang sudah lusuh, mundur ke Ekalaya saat masih di istana, maju sedikit ke bagian Ekalaya yang ditolak Durna, maju lagi, dan lagi. 

Apakah membingungkan? Dari sisi cerita, ini justru menarik karena kita tahu sebuah akibat dulu, sehingga penasaran apa sebabnya, yang kemudian dijawab dengan elegant oleh Pitoyo Amrih. Sehingga jalan cerita jadi menarik, misteri atau rasa penasaran selalu jadi bahan bakar cerita yang menarik.

Akan lain halnya misal bagian Bambang Ekalaya diceritakan runtut secara kronologis, tak akan menarik karena kita akan tahu hasil akhirnya, atau mungkin malah tidak tahu sama sekali mau mengarah ke mana. Pitoyo Amrih tahu cara membuat cerita menjadi menarik. :)


Unexpected and Enjoyable.


It's still around @PitoyoAmrih book, with his story style that is like people chatting casually among friends.

Initially, when holding the book "Pertempuran 2 Pemanah. Arjuna-Karna", "Battle of the Two Archers. Arjuna-Karna" for the first time, I was full of anticipation that this was not just about the battle of the two people.

As in "Wisanggeni Membakar Api" or "Antareja and Antasena", I suspect that Pitoyo Amrih will surely tell about Karna and Permadi's childhood, which he did.

But there is another "main" character who appeared in the focus. There are other archers. It was Ekalaya, Raden Bambang Ekalaya, king of Paranggelung, who was also a great archer. Previously, I only knew at a glance as a king, Prabu Palgunadi. And even then, in my brain, it always can't be separated from other names that must always be present in my imagination, even though I don't know what/who the two names are. The name is Palguna-Palgunadi.

Another thing I noticed was the storytelling style of Pitoyo Amrih in this novel. I mentioned earlier that he told stories like casual chatting between friends. Chat casually, no schedule, no targets, but still comfortable. Isn't that a relaxed goal while chatting among friends?

Chat casually what? Yeah, when we talk, when we're talking about a topic, sometimes the topic spreads to other topics, which also spread to another topics, and more, which then casually, maybe while sipping a half cup of warm coffee, return to the original topic smoothly without being forced.

This happened in this book, how the story of  Karna's childhood suddenly shifted to the Kunti contest, commotion Kangsadewa, and returned to Karna again.

When we're chatting, sometimes the chronological order is also often irregular. We are talking about what happened today which was the result of the incident two weeks ago, which was planned a week before that, resulting in two weeks later, and we will see if tomorrow there will be a result of what is happening now.

The same thing I recognized in this book when I arrived in the part of Ekalaya, started from Ekalaya who was already worn out, retreated to Ekalaya while still in the palace, advanced slightly to the Ekalaya section which was rejected by Durna, advanced again, and again.

Is it confusing? In terms of the story, this is actually interesting because we know a result first, so we wondered why, which was then answered elegantly by Pitoyo Amrih. So that the storyline becomes interesting, mystery or curiosity is always became a fuel for an interesting story.

It will be different, for example, if Bambang Ekalaya's part is told in chronological order, it will not be interesting because we will know the end result, or maybe we don't know where it'll go at all. Pitoyo Amrih knows how to make stories interesting. :)



Saturday, April 15, 2017

Gibbous Moon

Baru ingat (atau sadar) tadi pagi saat ngantar Alfa Beta ke Budhe dan lihat bulan benjol di atas gunung.

Pantas semalam Beta bangun tengah malam, ndak bisa tidur lagi, trus minta pintu kamar ditutup sesaat setelah fokus ke pintu.

Dia biasanya saat mau tidur selalu minta pintu kamar dibuka lebar-lebar, kecuali tadi malam, tengah malam, :)

Lah, tapi kemarin kukannya  jumat malam sabtu, dan di Indonesia hantu memiliki jadwal standart untuk muncul di kamis malam jumat dan tak ada urusan sama bentuk bulan.

Yeah, seperti kita yang ndak lagi hanya makan nasi jagung atau tiwul, tetapi juga suka spaghetti dan pizza, kemungkinan hantu-hantu Indonesia juga berkembang. 

Mereka mungkin selalu update informasi bahwa di luaran sana ada waktu keluar hantu yang beda, bukannya "Malam Jumat Kliwon" tetapi "Friday Night". Ada juga pesta hantu tahunan saat  hari jumat bertepatan dengan tanggal 13, yang di daerah jawa mungkin setara dengan tanggal Satu Suro.

Mungkin mereka juga berhubungan via media sosial dengan hantu-hantu luar negeri yang sharing bahwa ada komunitas hantu Eropa yang muncul saat bulan berbentuk benjol.



Dengan demikian, tidaklah mengherankan jika saat ini hantu-hantu bisa muncul setiap saat, karena mereka mungkin juga sudah bosen ratusan atau ribuan tahun melakukan hal yang sama terus menerus, :)


#edisiError





(Saya punya pengalaman sendiri saat saya masih suka tidur di luar rumah, di halaman lantai dua sambil lihat bulan dan bintang hampir tiap malam. Pada suatu malam, dini hari, bulan benjol tepat di atas kepala, tiba-tiba saya dipijit oleh seseorang (atau entah apa itu yang berbentuk orang) dengan fisik seperti nenek saya yang saya panggil "mak kecil" [saya punya tiga nenek resmi saat itu, :) ], nah nenek ini tidak mungkin ke tempat saya saat itu berbaring, lha wong rumahnya jauh. Setelah beberapa hari kemudian saya klarifikasi, ternyata dengan enteng semua sepakat bahwa itu bukan nenek saya [bahkan 'mak kecil' pun setuju], namun ibu dari nenek saya yang sudah meninggal [bahakan saat saya belum lahir] karena deskripsi fisiknya benar-benar tepat dan beliau memang punya style pijat yang unik. Wah... )

Tuesday, April 11, 2017

Disorientasi


Kadang bingung sedang membaca buku @PitoyoAmrih yang mana, saking konsistennya. Banyak cerita yang ada di buku satu, menyisip di buku lainnya. Seakan empat atau lebih buku itu sebenarnya cuma satu buku yang dijilid bukan berdasarkan urutan, namun berdasarkan tema.

Saat membaca "Antareja dan Antasena", tiba-tiba serasa baca "Wisanggeni Membakar Api" saat tiba di bagian Antasena menjadi jagung.

Juga saat membaca "Pertempuran Dua Pemanah: Arjuna-Karna" serasa membaca sisipan dari (atau malah babon) dari "Kebaikan Kurawa".

Apakah itu berarti jelek? Tidak sama sekali. Ini berarti penulis memiliki satu plot besar yang dicurahkan di berbagai buku.



Eh, tentu saja memang ada plot besar bernama pakem di pewayangan,  :).

Hal yang menarik di sini, dengan berpegang pada plot besar, buku-buku Pitoyo Amrih memiliki konsistensi yang tinggi. Baca buku yang manapun tidak akan mengalami kebingungan tentang mana yang benar karena yang diceritakan bersumber dari hal yang sama. Namun ada juga detil-detil kecil yang menarik yang memang tidak ada di pakem atau (plot besar milik Pitaya Amrih sendiri), detil-detil ini membuat cerita menjadi menyenangkan karena tidak menjadi kaku karena pakem.

Banyak buku yang menjadi  kaku karena terlalu ikut pakem, atau buku yang terlalu aneh karena tidak mempedulikan pakem sama sekali (jadinya pembaca malah mengernyit sambil mikir "Arjuna kok gini?", "Samba kok gitu?" dsb )

Ohya, saya belum baca semua buku Pitoyo Amrih, dalam proses, tetapi sudah pasti jadi pengagum  beliau, :)


Disorientation

Sometimes I confused about reading the book @PitoyoAmrih, because it's too consistent. Many stories in a book, are inserted in other books. As if four or more books were actually just one book bound not by sequence, but by theme.

When reading "Antareja and Antasena", suddenly I read "Wisanggeni Membakar" when I arrived in the Antasena-became-Corn section.

Also when reading the "Pertempuran Dua Pemanah: Arjuna-Karna" it seemed that I read the insertion from (or even the baboon) of "Kebaikan Kurawa".

Does that mean bad? Not at all. This means that the author has one large plot devoted to various books.

Uh, of course there is indeed a big plot called the Pakem (Standart Plot) in Shadow Puppet story, :).

The interesting thing here is, by holding on to the big plot, Pitoyo Amrih's books have high consistency. Read any of his books. We will not experience a confusion about what is right because the story is from the same source. But there are also interesting little details that are not in the Pakem. These details make the story fun because it does not become rigid because not strict into Pakem.

Many books are stiff because they are too gripping, or books are too strange because they don't care about The Pakem at all (so the reader frowns while thinking "Why is  Arjuna like this?", " Why is Samba like that?" Etc.)

Oh yeah, I haven't read all of Pitoyo Amrih's books, it's still in the process, but I have definitely become his admirer, :)



Sunday, April 9, 2017

Anti MainStream.

Saat booming sepatu roda, Alfa malah sibuk berlatih skateboard, :D .


Friday, March 17, 2017

Idhar bukan idghom, :)


Beta belajar merangkai kata.

Jaranan dia bilang jaran -an
sabunan, sabun -an
mainan, main -an

Kata -an terpisah jelas, mudah bagi dia, tapi coba kita lakukan, susah bagi kita karena terbiasa yang lain.

Saya suka, artinya dia tahu kata dasar, :)

Sunday, February 26, 2017

Kopi.

Diet kopiku berhasil, ndak pernah lagi ngopi di kampus. Bukan karena niat, tetapi karena banyak minum air putih, jadi ndak ada rasa ingin ngopi.

Ndak enaknya, kalo ngopi di rumah sore hari, jadinya pusing. Hadeuh.

Jadi, mulai meluruskan kembali niat, untuk menjadi pecandu kopi kelas berat lagi, :D

Saturday, February 25, 2017

Sabtu sore,



di loteng, :)



http://ift.tt/2mnNqeg.

Friday, February 17, 2017

Petang Senang

Alfa cerita tentang sekolahnya sama ibuk, di kamar.

Adek menghabiskan kopi, ditemani ayah nonton film kartun.

:)

Tuesday, February 14, 2017

Kopilogi.

Rencananya ingin ke kafe ini buat lihat situasi.

Situasi kafe.

Mau perform band di situ.

Survey lokasi.

Kebetulan ada acara teman juga hari ini, dialog seni budaya di Kopilogi.

Janjian habis isya.

Kami sudah hafal dengan sifat masing-masing, jadi berangkatlah saya jam setengah delapan, setelah mencium kening orang serumah.

Setengah delapan? Kan sampe kafe jadi jam delapan, bukannya janjian jam tujuh?

Yup, sudah saya bilang kami hafal sifat masing-masing. Saya sangat pengertian sehingga mengerti jam tujuhnya dia itu gimana.

Ups, ternyata saya salah.

Di Kopilogi sudah rame, tapi dia belum datang. Tersisa satu meja kecil yang langsung ku-klaim segera setelah pesan dobel espresso dan roti bakar keju.

Tempatnya lumayan asyik.

Meja saya terletak di bawah kanopi tepi jalan bersama dengan beberapa pasang meja kursi lain uang sudah terisi. Sepertinya kalo siang menjadi tempat parkir motor.

Duduk sendirian sambil melirik meja-meja lain yang tampaknya terdiri dari pasangan-pasangan, .... . Zeus..., sekarang hari valentine, pantas saja...

Rame juga, pesanan saya masih sekian nomor lagi. Ndak masalah, di rumah sudah menghirup kopi buatan istri. Lagipula bukan itu tujuan ke sini.

Celingak-celinguk cari tempat yang mungkin digunakan untuk live band.

Ndak nemu.

Titik-titik hujan mulai turun.

Sambil nunggu, kutulis ini, :)

Kukirim pesan ke dia, kok belum muncul? Katanya jam "tujuh".

Eh, ternyata bukan, dia tadi bilang mau ke sini setelah "isya". Walah...

Hujan rintik.

Rentang waktu yang lumayan, entah kapan dia datang.

Hujan mulai deras.

Menikmati pesanan saja, sudah tiba, :)


...dan dua jam kemudian, setelah saya memutuskan pulang, dia belum datang juga, :)

Saturday, February 11, 2017

Evaluasi.

Sehabis perform malah rajin latihan?

Yup, karena saat lihat rekaman video penampilan, masih banyak hal yang bisa ditingkatkan, :)

Friday, February 3, 2017

Dulu

...dari selasa sampai sabtu, saat SD, setiap pagi selalu senam dulu sebelum masuk kelas, :)

Wednesday, February 1, 2017

disPosisi

Tidur di atas kasur dengan kaki terjuntai itu kurang bagus. Selain tidak enak, juga..., eh..., gak enak saja.


Kenapa bisa dapet posisi gitu? Tentu saja banyak sekali alasan bagus dan keren kenapa terpaksa tidur seperti itu, selain ditendang-tendang Alfa kalau tidur di posisi normal.

...

...tapi belum nemu alasan yang bagus, :P


Malam


Hening

323f (5) amp (1) android (12) apple (7) arduino (18) art (1) assembler (21) astina (4) ATTiny (23) blackberry (4) camera (3) canon (2) cerita (2) computer (106) crazyness (11) debian (1) delphi (39) diary (286) flash (8) fortran (6) freebsd (6) google apps script (8) guitar (2) HTML5 (10) IFTTT (7) Instagram (7) internet (12) iOS (5) iPad (6) iPhone (5) java (1) javascript (1) keynote (2) LaTeX (6) lazarus (1) linux (29) lion (15) mac (28) macbook air (8) macbook pro (3) macOS (1) Math (3) mathematica (1) maverick (6) mazda (4) microcontroler (35) mountain lion (2) music (37) netbook (1) nugnux (6) os x (36) php (1) Physicist (29) Picture (3) programming (189) Python (109) S2 (13) software (7) Soliloquy (125) Ubuntu (5) unix (4) Video (8) wayang (3) yosemite (3)